Oleh : Nana Sutisna, M.Pd
Ada yang lain di SMAN 2 Sumedang dalam mengawali tahun pelajaran baru ketika pandemi covid-19 masih menghantui. Dengan wajib mematuhi protokoler kesehatan yang ketat, para guru diundang secara bergantian dalam kelompok kecil untuk mengikuti In House Training (IHT) offline dan online. Adapun tema yang diusung dalam kegiatan tersebut adalah “ Pemanfaatan Aplikasi Ruangguru dalam Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar Online di SMAN 2 Sumedang”. Di awali dengan sesi online tanggal 6 Juli 2020 dengan menggunakan pasilitas google meet dan diakhiri tanggal 7 Juli 2020 dengan sesi offline yang menghadirkan para praktisi pendidikan. Tak tanggung-tanggung selain Kepala sekolah, Ibu Teti Ismayati, M.P.Kim.,sebagai nara sumber, praktisi yang dihadirkan adalah pakar pendidkan Kota Sumedang sekaligus merangkap pengawas Pembina SMAN 2 Sumedang, Bapak Drs. Adang Sujana, M.Pd. Dilengkapi oleh Tim Ruangguru dan salah satu pakar imformatika Kurnia Hidayat, S.T, alumni SMAN 2 Sumedang
Dalam sesi online, Bu Teti, demikian nama kepala SMAN 2 Sumedang akrab dipanggil, mensosialisasikan visi, misi, moto, tujuan, dan strategi SMAN 2 Sumedang dalam menghadapi tantangan ke depan. Visi dan Misi yang selama ini telah digunakan di sekolah berpuluh tahun, direvisi disesuaikan dengan karakteristik sekolah dan tuntutan kemajuan zaman. Selain itu, Bu Teti juga mengulas biaya penyelenggaraan pendidikan di SMAN 2 Sumedang tahun akademik 2020 - 2021. Sumber dana dan peruntukannya dikupas tuntas secara akuntabel oleh Ibu Kepala Sekolah. Dilanjutkan paparan program para wakil kepala sekolah secara parade.
Sesi offline, Pa Adang Sujana, M.Pd. memaparkan penyelenggaraan pembelajaran pada tahun pelajaran dan tahun akademik baru di masa pandemic corona virus disease (covid – 19) yang didasari Keputusan Bersama 4 Kementrian, yaitu Pendidikan dan Kebudayaan, Agama, Kesehatan, dan Dalam Negeri. …” Prinsip pembelajaran masa pandemi ini jangan memberi tugas terus-menerus. Dikhawatirkan anak-anak kelelahan dalam mengerjakannya. Akhirnya kekebalan tubuh anak jadi menurun. Materi yang diajarkan harus ada relevansi dan manfaat dengan kehidupan siswa” kata Pa Adang.
“Setidaknya!”, tambah Pa Adang, “Dalam situasi pamdeni begini, guru harus menggunakan dua moda pembelajaran, yaitu daring dan luring. Dalam kegiatan daring, guru harus mempersiapakan pembelajaran antara lain, menyiapkan Program BDR satu semester, bahan ajar yang disiapkan berorientasi HOTS dan literasi, alat evaluasi (soal HOTS) media pembelajaran multimedia, dan model pembelajaran harus sesuai dengan Kurikulum 2013. Adapun dalam moda luring, guru harus menyiapkan program pembelajaran BDR satu semester, bahan ajar harus berorientasi HOTS dan literasi” demikian Pa Adang mengahiri sesinya.
Pak Asep, sebagai ketua tim dari Ruangguru, memberikan ulasan panjang lebar tentang apa dan bagaimana Ruangguru tersebut. Ruangguru adalah sebuah perusahaan teknologi yang memiliki produk sebuah aplikasi belajar terlengkap dan terbesar di Indonesia. Perusahaan start-up yang bergerak dibidang pendidikan ini didirikan oleh Belva Devara dan Iman Usman, anak-anak bangsa yang berumur kurang dari 30 tahun. Start-up yang dimulai pada tahun 2014 ini telah menuai beberapa kesuksesan dan kemajuan. Misalnya saja pada awal tahun 2017 lalu Ruangguru hanya bekerja sama dengan 16 Kabupaten/Kota di Indonesia, tetapi pada akhir tahun 2017 Ruangguru berhasil menjalin kerja sama dengan 326 Kabupaten/Kota di Indonesia. Tujuan Belva dan Iman mendirikan Ruangguru adalah agar seluruh anak di Indonesia mendapatkan akses pendidikan yang mudah dan merata.
Ruangguru sendiri memiliki beberapa layanan, yaitu : Ruangles (sebuah portal pencarian guru les, dimana guru les tersebut bisa datang ke rumah dan mengajar di rumah), Ruangbelajar (sebuah portal belajar yang dikemas dengan animasi dan video yang diajarkan oleh tutor, ada latihan soal dan sekaligus pembahasannya di Ruangbelajar), Ruanguji (sebuah portal ujian online yang berisi soal-soal ujian berstandar nasional), dan yang terakhir adalah digitalbootcamp (sebuah kelompok belajar digital yang difasilitasi oleh tutor yang selalu siap sedia.)
Sesi penutup kegiatan ini, menampilkan Kurnia Hidayat, pakar imformatika alumni SMAN 2 Sumedang. Dalam uraiannya, dia banyak menitikberatkan pada model evaluasi yang kekinian. Semisal PAT, dia menganjurkan tidak berbasis kertas lagi melaikan harus beralih berbasis Komputer (CBT). Guru-guru dibimbing cara menggunakan model aplikasi berbasis jaringan ini untuk memudahkan penyelenggaraan PAT, PTS, UH, dan jenis test lainnya. Dengan model aplikasi ini, guru-guru hanya perlu meng-upload soal - soal beserta jawaban ke dalam sistem ini.